Minggu, 04 Desember 2011

10 November 1945, Hari Pahlawan di Kota Pahlawan

Kematian brigjen A. W. S. Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945 yang terjadi karena insiden di Gedung Bank International membuat Sekutu sangat marah. Pada tanggal 9 November 1945, tanpa berunding pada pemerintah RI, mayjen R. C. Mansergh, komandan pasukan Sekutu di Jawa Timur mengeluarkan ultimatum yang berisi :
1.       AFNEI menuntut balas atas kematian Mallaby.
2.       Sekutu mewajibkan kepada semua pimpinan pemerintahan, pemuda keamanan, maupun masyarakat untuk melapor, menyerahkan senjata, meletakkan tangan di atas kepala, dan menandatangani penyerahan tanpa syarat (paling lambat 10 November 1945).

Ultimatum Sekutu sangat menghina bangsa Indonesia. Ultimatum Sekutu tersebut ditolak oleh bangsa Indonesia melalui pernyataan resmi Gubernur Suryo, sehingga pertempuran tidak bisa dihindarkan lagi. Pada tanggal 10 November 1945, pasukan Sekutu menggempur kota Surabaya melalui darat, laut, dan udara. Dalam pertempuran yang heroic itu Bung Tomo melalui siaran radio telah membakar semangat arek – arek Surabaya yang dapat ditangkap di berbagai pelosok tanah air. Siaran berbahasa Inggris telah dipancarluaskan ke seluruh dunia atas bantuan Ktut Tantry, seorang Amerika kelahiran Inggris yang bersimpati atas perjuangan bangsa Indonesia.

Berbekal kebenaran dan keadilan serta semangat untuk mempertahankan kemerdekaan, rakyat Surabaya bertempur pantang menyerah. Gubernur Jawa Timur Suryo dan Bung Tomo memimpin rakyat Surabaya bertempur selama satu bulan. Pertempuran Surabaya menunjukkan kepahlawanan dan mencerminkan tekad seluruh bangsa Indonesia dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar